Gus Mus: Bangsa Ini Krisis Silaturrahim
Warta Demak -
Wakil Rais
Aam PBNU, KH A Mustofa Bisri mengungkapkan tradisi silaturrahim saat ini
tidak begitu marak. Tradisi ala Indonesia itu menurutnya hanya marak
pada saat momentum Idul Fitri saja. Demikian pokok tausiyah Gus Mus
dalam Pengajian Umum Silaturrahim Alumni pesantren Raudlatut Thalibin
desa Kalipucang Wetan, kecamatan Welahan, Rabu malam (3/10).
Silaturrahim
saat ini, ungkap Gus Mus banyak dilakukan lewat koran dan televisi. Apa
yang disampaikan hanya bisa didengarkan dan dibaca. Ia menilai
silaturrahim dengan bertatap muka langsung sudah sangat jarang
dilakukan.
“Sampeyan paleng krungu opo seng disampekno. Tapi durung mesti ngerti kelakoane seng ngomong apek opo elek,” katanya.
Bangsa
Indonesia sekian lama mengalami krisis multidimensi berkepanjangan.
Disamping itu, lanjutnya juga mengalami krisis silaturrahim. “Sebab
krisis silaturrahim itulah orang tua saling bertengkar. Anak-anak
pelajar saling tawuran,” lanjutnya.
Dimana-dimana, imbuh Gus Mus
terjadi tawuran; di gedung DPR, pasar, jalan, sekolah dan banyak tempat
lain. Makanya para sesepuh terdahulu mengajarkan silaturrahim, halal
bihalal. Tradisi tersebut akunya hanya ada di Indonesia. Enam tahun ia
mukim di Mesir dan merayakan lebaran 5 kali disana tidak menemukan hal
tersebut.
Suatu ketika, ceritanya ia hendak mencari istilah
silaturrahim/ halal bihalal. Dibeberapa kamus semisal Lisanul Arab,
Munjid dan beberapa kamus yang lain memang tidak menemukannya. Ia malah
menemukan istilah halal bihalal di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) yakni upacara ketika habis Ramadhan.
Dulu, para sesepuh
jika dikunjungi saat lebaran dengan detail menyanyakan kesalahan apa
yang pernah diperbuat. Tidak hanya pengakuan kesalahan secara global.
Meski begitu permohonan maaf dikabulkan. Hal itu menurut Gus Mus sisi
luar biasa dari warisan leluhur.
Meskipun di Mesir tidak ada
tradisi silaturrahim/ halal bihalal, disana paparnya orang yang sedang
bertengkar tidak akan berlarut-larut. Pertengkaran diawali dengan adu
mulut setelah itu baru adu jotos. Akan tetapi jika dalam suatu
pertengkaran dibacakan shalawat, seketika pertengkaran usai.
“Jika
Lybia, Saudi, Mesir sering terjadi konflik tetapi perseteruan itu mudah
selesai barangkali karena dibacakan shalawat,” guyonnya.
Seringnya
konflik urai Gus Mus juga dipicu suhu panas yang mencapai 50 derajat.
“Orang sana (timur tengah) itu gampang muring-muring yo gampang ilange.
Orang Indonesia angel muring-muringe angel ilange,” imbuhnya.
Di
akhir tausiyah, ia menghimbau agar hadirin semakin mendekatkan diri
kepada Allah. Bertakwa kepada Allah agar menjadi hamba yang saleh juga
berbuat baik dengan hambanya Allah. (Syaiful Mustaqim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar